Alumnus Teknik Lingkungan ITB ini memiliki hobi yang saling bertolak belakang satu sama lain, satu sepertinya kelihatan keras namun satu lagi memerlukan keterampilan khusus yakni olahraga Muay THai dan bercocok tanam microgreen. Bagi sebagian besar orang pasti akan memilih salah satu dari kedua hobi tersebut. Namun hal ini tidak ada dalam kamus alumnus TL ITB ini, beliau adalah Wina Miranda bersama sang suami Erwin Santosa yang merupakan salah satu penggiat olah raga muay thai. Bahkan turut mengajak putri semata wayangnya, Kianna Bintang Santosa untuk menjajal muay thai. Tanpa disangka, respons dari keluarga kecilnya sangat positif. Semua merasa asyik dan cocok dengan gaya muay thai. Mereka pun memutuskan terjun bersama menggeluti seni bela diri tersebut.
Wina merasa olahraga tersebut menjadi salah satu media positif untuk mengeluarkan emosi. Dia tak memungkiri, terkadang sebagai ibu rumah tangga pasti ada rasa lelah, stres, dan jenuh. Dia ingin menyalurkan berbagai perasaan tersebut agar tak menumpuk dalam pikiran.
Setelah berlatih muay thai, muncul kebahagiaan dan kepuasan. Emosi mampu terkendali lagi dan pikiran pun fresh. Alumnus Institut Teknologi Bandung (ITB) tersebut berpendapat, muay thai merupakan pendorong datangnya hormon endorfin. Wina sudah mendalami olahraga ini selama 5 tahun dan merasa enjoy dan happy dengan olahraga ini. Pesannya adalah agar dalam memilih olahraga harus sesuai dengan keinginan dan style masing-masing.
Saya bukan tipikal orang yang suka dengan olahraga halus, muay thai ini cocok dengan hati dan style saya,” ujarnya.
Lain halnya dengan olahraga muay thai, alumnus TL ITB ini juga bergerak dalam hal bercocok tanam microgreen. Tidak semua orang familiar dengan microgreen karena tidak lazim di Indonesia khususnya Balikpapan namun tidak disangka bahwa tanaman ini justru memiliki segudang manfaat dan dapat dipanen dalam waktu yang singkat saja sekitar 5-7 hari dan bisa langsung dikonsumsi . Selain itu dengan ukurannya yang mini, microgreens justru memiliki nutrisi terbaik dibanding tanaman dewasa. Saat berusia muda, benih tanaman ini mengandung vitamin, mineral, dan nutrisi maksimal.
“Sunflower paling banyak digemari, anak-anak suka karena rasanya seperti kacang. Kalau green radish rasanya seperti wasabi,” katanya saat mengenalkan microgreens di ruang Community Center Kantor, Pertamina Hulu Mahakam, Balikpapan, Selasa (8 Mei 2018).
Ada lima jenis tanaman yang paling umum dikembangkan menjadi microgreens. Brokoli, red radish (lobak merah), green radish, sunflower (bunga matahari), dan beetroot (ubi bit merah). Tentu masih banyak lagi jenis sayuran yang dapat dikembangkan sebagai microgreens.
Tim Editor IA ITB Kaltim